![]() |
(Keterangan foto, Republika/Adhi Wicaksono)
|
1.
Saat kita bangun pagi lalu melihat jam, ada tiga perbedaan waktu (WIB,
WITA, WIT). Mengapa bisa ada tiga perbedaan waktu? Itu adalah akibat
dari aktivitas politik pemerintah yang memutuskan bahwa di Indonesia
terdapat tiga zona waktu. Dengan kata lain sejak kita bangun tidur kita
sudah mengenal politik. Bahkan sejak lahir kita mengenal politik, saat
bayi lahir pasti orang tuanya membuatkan akta kelahiran. Akta kelahiran
juga merupakan produk dari politik untuk mendata kelahiran penduduk.
2.
saat sekolah harus menggunakan seragam dan masuk tepat waktu. Itu juga
merupakan produk dari politik pendidikan pemerintah. Kemudian untuk
lulus sekolah harus mengikuti UN, itu juga produk politik.
3.
Untuk mahasiswa keguruan atau pendidikan harus mengikuti Pendidikan
Profesi Guru (PPG) agar bisa mengajar setelah lulus, itu juga produk
politik pendidikan yang berusaha menjaga dan meningkatkan kualitas guru.
4.
Saat kita membeli makanan atau minuman pasti disitu tertulis ijin dari
dinas kesehatan, label halal MUI dan BPOM. Itu juga produk politik untuk
memastikan produk makanan/minuman sampai di tangan masyarakat dalam
keadaan sehat, aman, dan baik.
5. Dan masih banyak lagi aktivitas politik yang sebenarnya kita alami setiap hari.
Itu
semua adalah sebagian contoh bagaimana politik digambarkan secara
sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Jadi tidak tepat jika ada yang
berpikiran bahwa "saya tidak mau masuk politik, politik itu kotor,
politik itu korup", dll. Karena sebenarnya sejak kita lahir sampai mati,
sejak kita mendapat akta kelahiran sampai surat kematian, itu semua
adalah produk politik, dan kita tidak bisa menghindar dari politik.
Sementara politik yang digambarkan sekarang ini adalah bagian paling
buruk dari politik yang dilakukan oleh oknum-oknum yang memanfaatkan
proses politik untuk dirinya.
Selanjutnya pengertian politik, pengertian politik itu sendiri menurut berbagai ahli sangat beragam, tergantung bagaimana melihat politik dari sudut pandang yang seperti apa. “Politics is simply the activity .. that solution to the problem of order which chooses conciliation rather than violence and coercion, and chooses it as an effective way by which varying interests can discover that level of compromise best suited to their common survival. Stocker, Why Politics Matters, New York: MacMillan Palgrave, 2006.” Politik menurut Stocker ini adalah aktifitas yang mengutamakan solusi atas suatu masalah melalui konsiliasi dibanding kekerasan dan paksaan, dan politik ini sebagai jalan yang efektif untuk mengakomodasi semua kepentingan dalam kompromi untuk menghasilkan keputusan terbaik bersama.
Jadi, sebenarnya politik itu adalah kegiatan yang mulia, karena politik mengatur dan mengakomodasi semua kepentingan untuk mencapai kompromi demi kepentingan bersama. Dengan adanya politik, keteraturan dapat diciptakan dan dapat digunakan untuk mencapai kesejahteraan bersama. Sehingga Peter Merkel mengatakan bahwa, “Politics at its best is a noble quest for a good order and justice” (Politik dalam bentuk sempurnanya adalah usaha mulia untuk menggapai tatanan sosial yang baik dan adil). Ungkapan itu benar adanya, namun saat ini politik mengalami penurunan makna akibat oknum-oknum yang terlibat dalam politik melakukan kejahatan-kejahatan korupsi, dan pemerintahan yang sewenang-wenang. Akibat ulah sebagian oknum itulah makna mulia politik menjadi buruk dimata masyarakat. Baca Juga: Hakikat Etika Politik
Sesuai pepatah lama bahwa tiada gading yang tak retak, atau tepatnya tidak ada yang sempurna di dunia ini. Maka politik disamping memiliki makna yang mulia bagi kesejahteraan, politik juga menyebabkan seseorang gila akan kekuasaan. Seperti diungkapkan Peter Merkel bahwa “at its worst politics is a selfish grab for power, glory and riches” (bentuk paling buruknya politik merupakan perebutan kekuasaan, tahta dan harta untuk kepentingan pribadi). Dengan kata lain, aktor-aktor politik yang tidak memiliki kepekaan terhadap permasalahan sosial akan mengalami sisi terburuk dari politik. Dapat kita perhatikan di Indonesia, banyak pejabat-pejabat politik seperti kepala daerah yang terjerat korupsi dan pencucian uang. Itulah akibat dari pemaknaan politik yang keliru, saat harus menerima kekuasaan yang besar sebagai pejabat politik, akibatnya yang terjadi adalah seperti diungkapkan Lord Acton, “Power tends to corrupt, absolute power corrupt absolutely”. (Kekuasaan cenderung untuk disalahgunakan, Kekuasaan yang mutlak pasti disalahgunakan). Baca Juga: Pro Kontra Etika dalam Politik
Selanjutnya pengertian politik, pengertian politik itu sendiri menurut berbagai ahli sangat beragam, tergantung bagaimana melihat politik dari sudut pandang yang seperti apa. “Politics is simply the activity .. that solution to the problem of order which chooses conciliation rather than violence and coercion, and chooses it as an effective way by which varying interests can discover that level of compromise best suited to their common survival. Stocker, Why Politics Matters, New York: MacMillan Palgrave, 2006.” Politik menurut Stocker ini adalah aktifitas yang mengutamakan solusi atas suatu masalah melalui konsiliasi dibanding kekerasan dan paksaan, dan politik ini sebagai jalan yang efektif untuk mengakomodasi semua kepentingan dalam kompromi untuk menghasilkan keputusan terbaik bersama.
Jadi, sebenarnya politik itu adalah kegiatan yang mulia, karena politik mengatur dan mengakomodasi semua kepentingan untuk mencapai kompromi demi kepentingan bersama. Dengan adanya politik, keteraturan dapat diciptakan dan dapat digunakan untuk mencapai kesejahteraan bersama. Sehingga Peter Merkel mengatakan bahwa, “Politics at its best is a noble quest for a good order and justice” (Politik dalam bentuk sempurnanya adalah usaha mulia untuk menggapai tatanan sosial yang baik dan adil). Ungkapan itu benar adanya, namun saat ini politik mengalami penurunan makna akibat oknum-oknum yang terlibat dalam politik melakukan kejahatan-kejahatan korupsi, dan pemerintahan yang sewenang-wenang. Akibat ulah sebagian oknum itulah makna mulia politik menjadi buruk dimata masyarakat. Baca Juga: Hakikat Etika Politik
Sesuai pepatah lama bahwa tiada gading yang tak retak, atau tepatnya tidak ada yang sempurna di dunia ini. Maka politik disamping memiliki makna yang mulia bagi kesejahteraan, politik juga menyebabkan seseorang gila akan kekuasaan. Seperti diungkapkan Peter Merkel bahwa “at its worst politics is a selfish grab for power, glory and riches” (bentuk paling buruknya politik merupakan perebutan kekuasaan, tahta dan harta untuk kepentingan pribadi). Dengan kata lain, aktor-aktor politik yang tidak memiliki kepekaan terhadap permasalahan sosial akan mengalami sisi terburuk dari politik. Dapat kita perhatikan di Indonesia, banyak pejabat-pejabat politik seperti kepala daerah yang terjerat korupsi dan pencucian uang. Itulah akibat dari pemaknaan politik yang keliru, saat harus menerima kekuasaan yang besar sebagai pejabat politik, akibatnya yang terjadi adalah seperti diungkapkan Lord Acton, “Power tends to corrupt, absolute power corrupt absolutely”. (Kekuasaan cenderung untuk disalahgunakan, Kekuasaan yang mutlak pasti disalahgunakan). Baca Juga: Pro Kontra Etika dalam Politik
Itulah
politik, bagai pisau bermata dua yang jika digunakan dengan baik dan
sebagaimana mestinya, maka politik akan menciptakan kesejahteraan di
bumi ini. Namun jika politik digunakan secara salah untuk memperoleh
kepentingan pribadi atau golongan, maka yang terjadi adalah penelantaran
sosial terhadap masalah-masalah sosial masyarakat. Mari kita lihat
politik secara bijak agar tidak terjebak dalam pemberitaan media massa
yang selama ini menunjukkan sisi terburuk dari politik.
Sumber bacaan: Materi ToT CEPP UNDIP
Sumber bacaan: Materi ToT CEPP UNDIP
Tidak ada komentar
Posting Komentar