Rabu, 08 Juni 2016

3 ETIKA POLITIK YANG DILUPAKAN POLITISI SAAT INI

Tulisan ini sebenarnya akan di publish saat sedang ramai-ramainya pergantian pimpinan DPR beberapa bulan yang lalu. Namun dikarenakan s... thumbnail 1 summary


Tulisan ini sebenarnya akan di publish saat sedang ramai-ramainya pergantian pimpinan DPR beberapa bulan yang lalu. Namun dikarenakan sesuatu hal baru bisa di publish sekarang. Mungkin isi kontennya kurang sesuai dengan perkembangan politik saat ini, tapi diharapkan tetap dapat diterima dan tersampaikan maksud dari tulisan ini. 

Akhir-akhir ini kita disuguhkan berbagai macam berita yang menyiarkan tentang konflik di tubuh DPR. Berbagai tingkah laku anggota dewan yang “terhormat” membuat rakyat jenuh dan kecewa melihatnya. Betapa tidak, baru saja dilantik sebagai anggota DPR mereka seakan-akan atau bahkan sudah lupa kepada rakyat yang dulu memilihnya. Dari tayangan di televisi tersebut maka kita dapat tahu kemana sebenarnya anggota dewan itu memihak, kerakyatkah? atau kepartai dan kepentingan kelompok tertentu? 

Memang, kekuasaan itu menggoda, apalagi yang namanya politik tidak jauh-jauh dari kekuasaan dan berebut kekuasaan. Dapat kita lihat selama konflik di DPR ini berlangsung, kekuasaanlah yang menjadi sumber utama konflik. Dua kubu koalisi sama-sama menginginkan posisi pimpinan karena pimpinan memegang kekuasaan yang lebih tinggi dibanding anggota lainnya. Baik itu pimpinan DPR, Komisi, dan alat kelengkapan DPR lainnya. Melalui pimpinan inilah mereka dapat mempengaruhi dan menggunakan kekuasaan untuk kepentingan kelompoknya. Hal itu terlihat jelas bagaimana kedua kubu sama-sama ingin memegang kekuasaan untuk memegang kendali di DPR. 

Ironis memang, sebagai anggota dewan yang mengatasnamakan rakyat. Namun, justru menggadaikan kepentingan rakyat untuk kepentingan politik dan kepuasan politik sesaat. Mereka lupa, sebagai seorang anggota dewan mereka juga terikat oleh etika-etika politik yang harus dipatuhi. Etika-etika politik yang dapat membuat politik lebih optimal dan menghasilkan hasil yang terbaik bagi rakyat.
Paling tidak ada tiga etika politik yang hampir dilupakan dan mungkin sudah dilupakan oleh sebagian politisi dan anggota DPR saat ini, yaitu :

1.      Keadilan
Saat ini anggota DPR RI yang tampil sebagai wakil rakyat dan politisi di Indonesia semakin lama semakin lupa tujuan utama dari politik. Mereka lupa keadilan adalah tujuan utama dalam politik. Seperti diungkapkan oleh Benoît Girardin, keadilan adalah batang utama etika politik dan keadilan adalah jantung dari politik. Bahkan sebelumnya, Peter Merkel sudah menyatakan bahwa, “politik dalam bentuk sempurnanya adalah usaha mulia untuk menggapai tatanan sosial yang baik dan adil”. Selain itu, jika kita melihat dalam Pancasila, ternyata Pancasila juga sudah menyebutkan dalam sila kelima bahwa, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Maka dari itu, dapat kita lihat perkembangan politik Indonesia saat ini semakin jauh dari penciptaan keadilan. Semakin lama kita semakin jenuh dengan berbagai permainan politik yang mengatasnamakan rakyat, padahal itu semua untuk kepentingan kelompok mereka sendiri. 

Oleh karena itu, untuk memperbaiki politik di Indonesia dan menciptakan keadilan bagi semua rakyat Indonesia, politisi dan pejabat politik di negeri ini harus mengingat kembali tujuan utama dari politik yang mulia. Mereka harus mengesampingkan kepentingan politik dan kepuasan politik sesaat demi menciptakan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

2.      Tanggung Jawab
Hal kedua yang juga mulai dilupakan oleh para politisi adalah tanggung jawab. Di pundak masing-masing politisi ini terdapat tanggung jawab yang harus mereka emban selama menjabat sebagai pejabat politik. Tanggung jawab merupakan inti dari sebuah etika politik. Hal ini diungkapkan oleh Ibu Kushandajani, salah satu dosen di Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP UNDIP Semarang. Menurutnya, poin paling penting dalam etika politik adalah tanggung jawab yang diemban masing-masing aktor politik. Bahkan Benoît Girardin juga menyatakan bahwa, tanggung jawab merupakan sesuatu yang khas dari etika politik.

Maka dari itu, masyarakat akan menilai para politisi dan anggota DPR ini melanggar etika politik atau tidak dengan melihat tanggung jawab yang diembannya. Sudahkah mereka melaksanakan tanggung jawabnya sebagai politisi maupun anggota DPR atau belum. Jika ternyata mereka melupakan tanggung jawabnya sebagai anggota DPR maka rakyat akan menilai mereka sebagai orang yang tak beretika politik atau tak bertanggung jawab.

Oleh karena itu, tanggung jawab menjadi hal yang sangat penting dalam politik. Para politisi dan anggota DPR ini memiliki tanggung jawab untuk menciptakan keadilan bagi masyarakat. Jika mereka tidak menjalankan tanggung jawab sebagaimana mestinya maka mereka tidak berupaya menciptakan keadilan bagi masyarakat. Maka dari itu, tanggung jawab harus kembali menjadi hal yang penting untuk diingat oleh para politisi agar mereka sadar bahwa, tujuan mereka masuk dalam politik adalah untuk menciptakan keadilan, bukan untuk kepentingan pribadi, bisnis, maupun kepentingan lain yang tidak ada hubungannya dengan penciptaan keadilan bagi masyarakat.
  
3.      Visi dan Proses
Hal terakhir yang kembali harus diingat oleh para politisi adalah ungkapan Benoît Girardin bahwa, politik itu bukanlah filsafat tapi praktek. Maka dari itu, disini perlu konsistensi dari visi dan proses yang dijalankan oleh para anggota dewan. Artinya, proses anggota dewan menjalani tanggung jawabnya sebagai wakil rakyat dapat menunjukkan berhasil tidaknya politik mereka. 

Konsistensi yang dijalankan oleh para politisi dalam mewujudkan visi utama politik dapat lebih dihargai dan di ingat oleh masyarakat. Hal itu karena masyarakat akan lebih percaya dan menghargai proses bagaimana seseorang menjalankan tanggung jawabnya secara konsisten untuk menciptakan keadilan bagi masyarakat. Maka dari itu, untuk politisi dan anggota DPR, hal penting terakhir yang harus diingat adalah konsistensi menjalankan visi yang sudah ditetapkan yaitu menciptakan keadilan bagi seluruh rakyat indonesia.

Ketiga hal inilah yang harus di ingat kembali oleh para politisi dan pejabat politik yang saat ini sedang berkuasa di Indonesia. Seiring dengan mulai akurnya konflik dua kubu di DPR maka diharapkan mereka mulai ingat lagi apa-apa saja yang menjadi tanggung jawab dan tujuan utama dalam politik. Dengan begitu, harapan untuk bisa merasakan keadilan dapat diwujudkan oleh para politisi dan anggota DPR saat ini yang menjalankan visinya dengan konsisten dan bertanggung jawab. Tetap ingat tujuan mulia dari politik, ingat sebenarnya politisi dan anggota DPR memegang tanggung jawab besar yang harus dijalankan secara konsisten demi terwujudnya keadilan bagi seluruh masyarakat Indonesia. 
(AHN/SPTK)

Tidak ada komentar

Posting Komentar